DAERAHPERISTIWA

Kepala Desa Braja Asri Tewas Terinjak Gajah Liar, Warga Desak Penanganan Serius Konflik Satwa

241
×

Kepala Desa Braja Asri Tewas Terinjak Gajah Liar, Warga Desak Penanganan Serius Konflik Satwa

Sebarkan artikel ini

Lampung, Portal Nasional – Masyarakat di Desa Braja Asri, Kecamatan Way Jepara, Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung diliputi duka mendalam atas wafatnya Kepala Desa mereka, Darusman.

Darusman meninggal dunia setelah terinjak gajah liar saat berupaya menghalau kawanan satwa tersebut agar tidak memasuki permukiman dan perkebunan warga.

Peristiwa tragis itu terjadi di area perkebunan warga yang berbatasan langsung dengan kawasan Taman Nasional Way Kambas (TNWK), Rabu (31/12/2025) sekitar pukul 10.30 WIB.

Saat kejadian, Darusman bersama sejumlah warga berusaha menggiring kawanan gajah kembali ke kawasan hutan.

Namun, upaya tersebut berujung petaka. Darusman diserang hingga mengalami luka parah dan dinyatakan meninggal dunia.

Tragedi ini kembali menyoroti konflik berkepanjangan antara manusia dan satwa liar di wilayah penyangga TNWK.

Salah seorang warga, Midi Iswanto, mengungkapkan rasa duka mendalam sekaligus kemarahan atas lemahnya penanganan konflik gajah-manusia oleh pihak Balai TNWK dan Kementerian Kehutanan.

“Saya lahir dan besar di desa itu. Seluruh keluarga saya ada di sana, jadi saya tahu betul bagaimana kondisi sebenarnya,” ujar Midi, Rabu (31/12/2025).

Menurutnya, persoalan gajah liar yang kerap masuk ke permukiman dan lahan pertanian warga sudah berlangsung bertahun-tahun tanpa solusi nyata.

“Penanganan pemerintah, khususnya melalui Kepala Balai Taman Nasional Way Kambas, terkesan tidak serius dalam menangani gajah liar yang terus masuk ke kawasan permukiman warga,” tegasnya.

Midi juga mengungkapkan bahwa Darusman bukanlah korban pertama dalam konflik tersebut. Sebelumnya, korban jiwa juga pernah terjadi dan bahkan menimpa anggota keluarganya sendiri.

“Kejadian seperti ini sudah lama terjadi. Korbannya sudah dua. Yang pertama saudara saya sendiri, digulung gajah sampai meninggal. Sekarang kepala desanya langsung, Pak Darusman,” ungkapnya.

Ia menjelaskan, hampir setiap hari kawanan gajah keluar dari kawasan hutan menuju ladang, sawah, hingga permukiman warga. Akibatnya, tanaman warga yang menjadi satu-satunya sumber penghidupan kerap rusak.

“Lahan warga itu sempit, ada yang hanya seperempat hektare. Warga sampai harus berjaga setiap malam karena takut gajah masuk ke kebun dan permukiman,” katanya.

Kondisi tersebut, lanjut Midi, memicu keresahan berkepanjangan di tengah masyarakat. Meski laporan telah berulang kali disampaikan, penanganan yang dilakukan dinilai tidak pernah tuntas.

“Ini sudah sering dilaporkan. Kekesalan warga sudah memuncak karena peristiwa seperti ini terus berulang,” ujarnya.

Ia pun melontarkan kritik keras kepada pihak Balai TNWK dan Kementerian Kehutanan yang dinilai kurang mengedepankan keselamatan manusia.

“Penanganannya seperti menganggap masalah ini sepele, sampai harus memakan korban lagi. Lebih mementingkan binatang atau keselamatan manusia?” katanya dengan nada kecewa.

Midi menambahkan, satu rombongan gajah yang masuk ke wilayah warga bisa berjumlah hingga 30 ekor, sehingga menimbulkan ketakutan luar biasa.

“Sudah puluhan tahun persoalan ini dibicarakan dan disampaikan, tapi tidak pernah ada penyelesaian yang benar-benar tuntas,” ujarnya.

Ia juga mengaku pernah memanggil pihak Balai TNWK saat masih menjabat sebagai anggota DPRD Provinsi Lampung periode 2019–2024. Namun, upaya tersebut tidak membuahkan hasil.

“Saat saya masih di DPRD, kepala balai sebelumnya sudah pernah kami panggil. Tetap tidak ada solusi. Sekarang 2025, korban jiwa kembali bertambah,” pungkasnya.

Midi mendesak pemerintah pusat dan pengelola TNWK segera mengambil langkah konkret dan serius agar tragedi serupa tidak kembali terulang.

“Kami meminta solusi yang benar-benar nyata dan serius demi keselamatan warga,” tandasnya. (*)